Tindak Lanjut Artikel Scientific Reasoning

 Nama  : Anggy Marthania Tatyanty Putri

NIM    : 210321606912

Tindak Lanjut Artikel

Asesmen Scientific Argumentation

Judul

Jenis Penelitian

Desain Penelitian

Variabel Terikat

Instrumen Penelitian

Subjek Penelitian

Profil Scientific Reasoning Ability Siswa pada Materi Gerak Benda

 

Mixed Method

Dominant-less dominant (dominan kualitatif, pelengkap kuantitatif)

Scientific Reasoning

  • Tes Uraian: 3 soal uraian berdasarkan 3 indikator SRA:

Correlational Reasoning

Probabilistic Reasoning

Proportional Reasoning

 

  • Kelas VIII A SMPN 9 Gresik
  • Jumlah: 31 siswa
  • Teknik sampling: Purposive sampling

 

Investigation of Scientific Reasoning Skills Survey Research on Static Fluid Topics

kuantitatif

survei.

keterampilan penalaran ilmiah

siswa, yang diukur melalui enam indikator: Control of Variables,

Conservation Reasoning, Probabilistic Reasoning, Correlational Reasoning,

Hypothetical-Deductive Reasoning, dan Proportional Reasoning.

terdiri dari enam soal uraian yang berfokus pada materi

fluida statis, termasuk tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, dan hukum

Pascal. Setiap soal dirancang untuk mengukur kemampuan siswa dalam

berbagai aspek penalaran ilmiah.

110 siswa kelas XII dari sekolah menengah atas di

Malang, Indonesia, yang mengambil peminatan IPA. Terdapat 83 siswa

perempuan dan 27 siswa laki-laki yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

Laboratory as an Instrument in Improving the Scientific Reasoning Skills of Pre-Service Science Teachers with Different Cognitive Styles

Mixed method

Partially mixed sequential dominant status design

keterampilan penalaran ilmiah

  • Classroom Test of Formal Reasoning untuk mengukur keterampilan penalaran ilmiah.
  • Group Embedded Figures Test untuk mengidentifikasi gaya kognitif peserta.
  • Wawancara kelompok fokus untuk memperoleh data kualitatif tentang persepsi peserta terhadap pembelajaran laboratorium.

 

Lima calon guru sains dari universitas negeri di Turki bagian barat.

Theoretical model and quantitative assessment of scientific thinking and reasoning

merinci

pengembangan kerangka kerja penilaian

iSTAR

model DMCR (Data-Covariation and Mechanistic Causal

Reasoning).

Skor kinerja pada penilaian iSTAR, yang

mencerminkan kemampuan siswa dalam

keterampilan penalaran yang disebutkan di

atas.

§  Angket self-efficacy

§  Tes keterampilan berpikir kreatif (pretest dan posttest)

siswa sekolah

menengah dan mahasiswa, dengan pengujian

khusus yang dilakukan pada populasi dari

sekolah menengah di pinggiran kota

Midwestern dan sebuah universitas yang

komprehensif. Penilaian diberikan kepada

berbagai kelompok mahasiswa, termasuk

mahasiswa baru dalam mata kuliah pengantar

fisika dan mahasiswa pascasarjana dalam

program doktoral fisika.

Analisis Kemampuan Penalaran Ilmiah pada Pembelajaran Interactive Demonstration disertai Formative Assessment

mixed methods

embedded

experimental

Kemampuan penalaran ilmiah

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi,

instrumen tes penalaran ilmiah. RPP pembelajaran interactive demonstration

disertai formative assessment memiliki lima tahap.

34 siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang.

Implementasi Inquiry Based Learning di SMA: Dampaknya terhadap Scientific reasoning dan Physics Identity Siswa dalam Konteks Transformasi Praktik Mengajar Guru Fisika

Mixed Method

Explanatory Desaign

Scientific Reasoning dan Physics Identity

-       Panduan observasi dengan mengunakan indicator scientific reasoning

-       Angket physics identity

-       Wawancara

Siswa SMA

 

Topik yang diajukan : Implementasi Inquiry Based Learning di SMA: Dampaknya terhadap Scientific reasoning dan Physics Identity Siswa dalam Konteks Transformasi Praktik Mengajar Guru Fisika

Alasan:

Judul " Implementasi Inquiry Based Learning di SMA: Dampaknya terhadap Scientific reasoning dan Physics Identity Siswa dalam Konteks Transformasi Praktik Mengajar Guru Fisika” dipilih karena mencerminkan urgensi pengembangan pembelajaran fisika yang tidak hanya menekankan penguasaan konsep, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah (scientific reasoning) dan membentuk identitas siswa sebagai bagian dari komunitas ilmiah (physics identity). Pendekatan Inquiry-Based Learning (IBL) diyakini mampu mendorong siswa untuk aktif mengajukan pertanyaan, merancang dan melakukan eksperimen, serta menyusun kesimpulan berbasis bukti, yang semuanya merupakan proses penting dalam penguatan penalaran ilmiah. Selain itu, pengalaman belajar berbasis inkuiri memungkinkan siswa mengalami langsung proses berpikir ilmuwan, yang pada akhirnya dapat memperkuat identitas mereka sebagai pembelajar fisika. Di sisi lain, penerapan IBL juga berdampak pada guru, karena menuntut adanya pergeseran peran dari sekadar penyampai informasi menjadi fasilitator dan perancang pengalaman belajar yang bermakna. Dengan demikian, implementasi IBL berpotensi mendorong transformasi dalam praktik mengajar guru fisika menuju arah yang lebih reflektif dan berorientasi pada pembelajaran aktif. Oleh karena itu, penelitian ini dipandang penting untuk mengkaji keterkaitan antara strategi pembelajaran inovatif, pengembangan siswa, dan transformasi profesional guru dalam konteks pembelajaran fisika di tingkat SMA. Judul ini juga memiliki nilai kebaruan karena belum banyak pengembangan perangkat ajar yang secara eksplisit menekankan aspek scientific argumentation dalam

 

Novelty :

 

Comments

Popular posts from this blog

INSTRUMEN TES

Topik 1 "Assessment for learning"